Kamis, 28 Agustus 2008

Ujian Sisipan : Matakuliah E-Business

Soal Tipe A

  1. Definisi e-business adalah penggunaan internet untuk berhubungan dengan konsumen, rekan bisnis, dan supplier. Penggunaan internet menyebabkan proses bisnis menjadi lebih efisien. Dalam penggunaan e-business, perusahaan perlu untuk membuka data pada sistem informasi mereka agar perusahaan dapat berbagi informasi dengan konsumen, rekan bisnis, dan supplier dan dapat bertransaksi secara elektronik dengan mereka memanfaatkan internet.Beda e-business dengan e-commerce adalah ecommerce hanya berupa transaksi secara elektronik di internet sedangkan e-business termasuk juga pertukaran informasi secara online misalnya sebuah perusahaan manufaktur membagi informasi persediaan bahan baku ke supplier, sebuah lembaga keuangan membagi informasi tentang perbankan, credit card, dll dengan konsumen mereka, dan sebagainya.
  2. portal merupakan gerbang utama yang menyediakan informasi. dengan menggunakan portal produktifitas dapat meningkatkan karena berbagai kemudahan didapat dari menggunakan portal. sehingga dari segi waktu efektifitas dan efisiensi akan tercipta sehhingga dapatt meningkatkan produktifitas.
  3. pervasive artinya “meresap“. "Pervasive computing adalah suatu lingkungan dimana sejumlah teknologi (terutama teknologi komputer) digunakan dan menyatu di dalam objek dan aktivitas manusia sehari-hari, sehingga kehadirannya tidak dirasakan sebagai sesuatu yang khusus."

Soal Tipe B

  1. layanan yang ditawarkan pada www.epinions.com adalah berupa informasi mengenai barang dan jasa sehingga konsumen dapat melakukan proses pembelian. Sedangkan pada craiglist.org, berbagai informasi disajikan. Mulai dari layanan kontak jodoh, property,otomotif, dan lain-lain.
  2. value proposition dari setiap web adalah berupa kemudahan dan kelengkapan informasi yang disajikan.
  3. perusahaan mendapatkan keuntungan melalui informasi produk yang dipasang di site ini. Sehingga semakin banyak informasi yang dipasang di site ini, semakin banyak keuntungan yang didapat.
  4. yang berbeda dari kedua site tersebut adalah dilihat dari segi tampilan. Dimana epinions.com menampilkan halaman yang menarik dan atraktif. Sedangkan pada craiglist.org hanya terdiri dari berbagai list tanpa ada gambar ataupun warna yang dapat menarik perhatian pengguna internet.
  5. pengertian :
    1. internet - Sejumlah besar network yang membentuk jaringan inter-koneksi (Inter-connected network) yang terhubung melalui protokol TCP/IP. Internet merupakan kelanjutan dari ARPANet dan kemungkinan merupakan jaringan WAN yang terbesar yang ada saat ini.
    2. Alamat IP : yaitu sistem pengalamatan di network yang direpresentasikan dengan sederetan angka berupa kombinasi 4 deret bilangan antara 0 s/d 255 yang masing-masing dipisahkan oleh tanda titik (.), mulai dari 0.0.0.1 hingga 255.255.255.255.
    3. Domain, nama domain : Merupakan layanan di Internet untuk jaringan yang menggunakan TCP/IP. Layanan ini digunakan untuk mengidentifikasi sebuah komputer dengan nama bukan dengan menggunakan alamat IP (IP address). Singkatnya DNS melakukan konversi dari nama ke angka. DNS dilakukan secara desentralisasi, dimana setiap daerah atau tingkat organisasi memiliki domain sendiri. Masing-masing memberikan servis DNS untuk domain yang dikelola.
    4. Web Hosting: Layanan untuk penempatan halaman-halaman web di internet di mesin komputer yang selalu terhubung dengan internet, umumnya layanan ini disediakan oleh penyelenggara jasa internet atau Internet Presence Provider.

Perbedaan B2B dan B2C

Perbedaan B2B dan B2C meliputi banyak aspek. Jika produk dalam B2C cenderung standar, dalam B2B biasanya dilakukan customization sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hal ini yang membuat hubungan antara pembeli dan penjual dalam B2C biasanya tidak personal, sedangkan dalam B2B, terjalin hubungan personal yang lebih rapat.

Jika dalam B2C pengelolaan pemasarannya disentralisasi oleh divisi pemasaran/penjualan, dalam B2B yang terjadi adalah integrasi dari banyak divisi di perusahaan yang terlibat dalam proses--selain pemasaran dan penjualan--yaitu R&D, produksi, servis dan keuangan. Pengambilan keputusan di B2B juga bukan merupakan keputusan individu seperti yang terjadi di B2C, melainkan berkelompok, karena produk/jasa tidak digunakan untuk kepentingan pribadi, tetapi kepentingan perusahaan.

Tantangan terberat dalam proses branding/positioning B2B adalah pada saat memilih posisi apa yang tepat baginya. Karena yang dihadapi adalah situasi multi-dimensi, di mana keputusan untuk memilih sebuah produk/servis adalah gabungan dari berbagai kepentingan, di mana benang merah yang bisa menghubungkan rangkaian value tersebut.

Positioning harus mencakup hal-hal mendasar yang kritikal bagi semua. Untuk mengerti sepenuhnya sebuah organization buying process, dibutuhkan studi/riset ethnography yang bisa menjelaskan peran dan interaksi antaraktor penting.

Perbedaan yang mencolok antara B2B dan B2C adalah dari segi budget komunikasi. Dalam situasi pengembangan brand B2B, terbatasnya bujet komunikasi harus disikapi dengan peningkatan efektivitas komunikasi media, misalnya dengan fokus pada media yang lebih segmented dan juga keikutsertaan dalam berbagai acara/pameran. Memanfaatkan media Internet, misalnya dengan mempunyai website corporate yang bersifat interaktif dan komprehensif.

Pembinaan reputasi brand B2B secara umum tentu harus dibarengi dengan performance yang prima. Benefit umum seperti kredibilitas, dapat dipercaya, memberikan kemudahan dalam berbisnis, harus dibina dan dipertahankan terus. Benefit yang bersifat khusus atau unik, seperti keahlian yang khusus di bidangnya, dukungan teknologi terbaru bisa menjadi sebuah differentiator yang akan membedakan perusahaan B2B ini dari sederet pemain pesaing lainnya.

Benefit yang bersifat intangible memang lebih mahal untuk dikembangkan, tetapi apabila hal ini sudah dipahami dan diterima oleh target audiensinya, akan membentuk sustainable competitive advantage yang sulit ditiru.

Kekuatan sebuah brand B2B bisa dilihat pada saat proses pemilihan oleh prospek, di mana brand yang sudah punya makna positif dan unik, akan memberikan semacam jaminan tersendiri bagi aktor pengambil keputusan, karena kegagalan dalam memilih produk yang baik sangat mungkin akan memengaruhi karier mereka.

Persepsi stakeholders terhadap perusahaan, disadari atau tidak, terbentuk melalui sebuah proses. Pada dasarnya kita semua dihadapkan pada dua pilihan: memilih positioning sendiri atau stakeholders yang akan memosisikan bisnis kita.

Memilih sendiri berarti mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi posisi apa yang terbaik dan paling feasible untuk perusahaan. Sebaliknya, tidak banyak pilihan jika jurusnya hanya menunggu hingga stakeholders yang memosisikan. Bagaimana apabila persepsi berkembang ke arah lain? Sangat tinggi risikonya!

Langkah awal yang perlu ditempuh perusahaan B2B yang ingin melakukan branding adalah mencari tahu terlebih dahulu, bermakna seperti apakah corporate brand Anda pada saat ini? Apakah sudah seperti yang dibayangkan? Jika belum, review kembali apa yang kurang dari performance perusahaan, lalu benahi. Proses branding/positioning secara paralel bisa dimulai pada saat pembenahan tersebut. Selamat menjalankan, semoga berhasil.

Senin, 25 Agustus 2008

faktor yang mempengaruhi prestasi kerja

Seseorang bekerja karena di dalam dirinya terdapat suatu kemampuan untuk bekerja (ability to work) dan adanya dorongan untuk bekerja (willingness to work). Masalah kemampuan bersumber dari diri sendiri, sedangkan masalah dorongan untuk bekerja dapat timbul dari hasil interaksi antara seseorang dengan lingkungan, terutama lingkungan kerja.
Pada dasarnya seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Menurut A. H. Maslow, manusia mempunyai lima kategori kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological needs)
Ini merupakan kebutuhan pokok yang kita miliki, misalnya kebutuhan akan makanan dan minuman serta tempat tinggal
2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety and Security needs)
Apabila kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan timbul kebutuhan rasa aman, yaitu perlindungan dari marabahaya
3. Kebutuhan Sosial (Belonging and Social needs)
Merupakan kebutuhan akan berhubungan persahabatan, memberi dan menerima kasih sayang
4. Kebutuhan Ego (Esteem and Status needs)
Orang-orang memiliki kebutuhan yang konstan untuk lebih berhasil memperoleh pengetahuan lebih banyak dan pengalaman lebih besar. Tetapi seperti halnya yang lain kebutuhan ego hanya memotivasi perilaku apabila kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi
5. Kebutuhan Perwujudan Diri (Self actualization and Fulfillment needs)
Kebutuhan ini merupakan tingkat yang tertinggi, jika kebutuhan seseorang terpenuhi maka akan timbul suatu motif dari diri orang yang bersangkutan untuk bekerja dan berprestasi seperti yang diharapkan.
Adapun menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001 : 67), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah :
1. Faktor Kemampuan
Kemampuan karyawan dengan ditunjang pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan perusahaan. Motivasi yang dimiliki oleh seorang karyawan harus timbul dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerjanya.
Selain dengan mengetahui tentang kebutuhan karyawan, maka hal lain yang dapat membuat seseorang bekerja dan berprestasi sesuai dengan yang diharapkan adalah adanya dorongan seseorang untuk bekerja dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaannya.

2.4.3 Ukuran dan Standar Prestasi Kerja
Ditinjau dari faktor-faktor yang berperan terhadap prestasi kerja, menurut Edwin B. Flippo (1990 : 250) sebagai berikut :
1. Mutu Kerja
Mutu kerja dapat diukur berdasarkan ketepatan waktu seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya, tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mernyelesaikan pekerjaan, tingkat ketelitian seseorang dalam menghasilkan hasil kerja yang akurat dan tingkat kerapihan seseorang dalam menghasilkan hasil kerja yang baik, meliputi ketepatan, keterampilan, ketelitian dan kerapihan
2. Kuantitas Kerja
Kuantitas kerja dapat diukur melalui tingkat kuantitas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh seorang karyawan, dan kecepatan seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya, meliputi keluaran tugas-tugas reguler dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas-tugas ekstra atau mendesak
3. Ketangguhan
Ketangguhan dapat diukur melalui tingkat kemampuan karyawan dalam melaksanakan setiap pekerjaan yang diperintahkan atasannya, tingkat kebiasaan karyawan dalam menjaga keselamatan dirinya dalam bekerja dan tingkat inisiatif karyawan dalam menghasilkan ide-ide baru yang bermanfaat bagi pekerjaannya serta tingkat kehadiran karyawan dalam bekerja, meliputi mengikuti perintah, tingkat keselamatan yang baik, inisiatif, ketepatan waktu kehadiran
4. Sikap
Sikap karyawan dapat diukur melalui pandangannya terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya, dan tingkat kemampuan karyawan dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan rekan sekerja dalam tim kerja juga menjalin kerjasama yang baik, meliputi pandangan dan perilaku terhadap perubahan pekerjaan dan teman sekerja termasuk kerjasama.

faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai

Apabila karyawan diperlakukan dengan adil, gaji mereka memadai dan kondisi kerja mereka baik, maka mereka condong akan mempunyai semangat, prestasi kerja dan moril yang tinggi.
Menurut Vernon A. Musselman dan John H. Jackson yang diterjemahkan oleh Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan (1991:214), indikasi adanya motivasi adalah sebagai berikut:
a. Tingkat pindah keperusahaan dari pegawai yang rendah
b. Sedikit keluhan atau ancaman mogok
c. Tingkat kepatuhan yang tinggi pada peraturan dan kebijaksanaan
d. Penghargaan pada kondisi dan familitas
e. Tingkat produksi yang tinggi dengan sedikit kemacetan kerja
f. Bukti-bukti kerjasama dari karyawan (Syarikat buruh).
Sikap atau hasil pelaksanaan yang berlawanan dengan motivasi kerja perusahaan akan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan dan menunjukkan moril atau motivasi kerja karyawan yang rendah. Sedangkan menurut Alex S. Nitisemito (1992:167), faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya motivasi kerja diantaranya adalah:
a. Upah yang terlalu rendah
b. Insentif yang kurang terarah
c. Lingkungan kerja yang buruk.
Menurut Heidjrachman Ranupandojo dan Irawan Sukamto Reksohadiprojo (1992:110), ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja, yaitu:
a. kepuasan dalam bekerja merupakan syarat lebih maju;
b. pimpinan yang menghargai karyawan sebagai manusia dan menganggap bahwa pekerjaan itu penting;
c. adanya pimpinan yang menjalankan tugasnya dengan baik;
d. upah dalam bentuk komponen yang sama bagi setiap orang yang menjalankan tugas yang sama;
e. perhatian masyarakat untuk kemakmuran dan kemajuan karyawan;
f. adanya hubungan baik dengan kolega-kolega lain.
Adapun faktor-faktor yang mendukung motivasi kerja adalah:
1. Pelayanan kesejahteraan
2. Pemberian balas jasa
3. Suasana lingkungan
4. Promosi.

Tipe Perilaku Pembelian

Tipe-tipe perilaku pembelian menurut Philip Kotler yang dialih bahasakan oleh Hendra Teguh, Ronny A. Rusli dan Benjamin Molan (2002: 202) adalah sebagai berikut:
1. Perilaku pembelian yang rumit
Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit saat menyadari adanya perbedaan yang signifikan diantara berbagai merek produk. Hal ini biasanya menjadi kasus apabila konsumen tidak banyak tahu tentang kategori produk yang ingin dibeli dan harus belajar banyak mengenai hal tersebut. Biasanya produk yang akan dibeli mahal dan berisiko tinggi serta sangat mengekspresikan pribadi.
2. Perilaku pembelian pengurang disonasi
Konsumen mungkin mengalami disonasi atau ketidakcocokan sebelum membeli suatu produk, karena terdapat beberapa hal dari produk tersebut yang tidak menyenangkan atau mendengar sesuatu yang menarik tentang produk lainnya yang sejenis. Dalam hal ini, konsumen mulai belajar mengenai hal-hal lain dan berupaya untuk membenarkan keputusan guna mengurangi ketidakcocokan. Hal pertama yang akan dilakukan oleh konsumen adalah melalui suatu keadaan perilaku, kemudian memiliki beberapa kepercayaan baru dan beralih dengan penilaian terhadap pilihan yang dirasa tepat.
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan
Banyak produk yang dibeli dalam keadaan konsumen kurang terlibat dan tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara sekian banyak merek. Kebanyakannya barang-barang yang dibeli adalah produk-produk yang murah tidak terlalu berisiko.
4. Perilaku pembelian yang mencari variasi
Pada tipe ini beberapa situasi keterlibatan konsumen rendah, tetapi ditandai oleh perbedaan merek yang nyata. Dalam pernyataan demikian sering terlihat konsumen banya melakukan pergantian merek semata-mata karena telah jenuh dan ingin memperoleh keragaman, bukan karena rasa tidak puas.

tahap proses pembelian konsumen

Menurut Philip Kotler yang dialihbahasakan oleh Hendra Teguh, Ronny A. Rusli dan Benjamin Molan (2002:204) mengemukakan tahap-tahap dalam proses pembelian konsumen adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah (Need Recognition)
Proses pembelian yang dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat digerakan oleh rangsangan baik dari dalam maupun dari luar diri pembeli, dimana pembeli tersebut merasakan adanya perbedaan antara keadaannya yang nyata dengan keadaan yang diinginkan.
2. Pencarian Informasi (Information Search)
Seorang konsumen yang mulai tergerak oleh rangsangan mungkin akan berusaha mencari lebih banyak informasi. Ada kemingkinan seseorang akan aktif mencari informasi yang dibutuhkan tetapi ada juga yang tidak.
3. Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative)
Setelah mengumpulkan informasi tentang berbagai merek produk yang dibutuhkannya, konsumen menentukan pilihannya dari berbagai alternative yang tersedia berdasarkan pertimbangan produk yang sadar dan rasional. Proses evaluasi konsumen bersifat kognitif yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
Tahap evaluasi alternative menyebabkan konsumen membuat preferenai merek diantara berbagai pilihan yang tersedia. Selanjutnya konsumen membuat keputusan untuk membeli merek yang telah dipilih melalui berbagai petimbangan.
5. Perilaku Pasca Pembelian (Post Purchase Behavior)
Setelah membeli produk kosumen membentuk suatu perilaku yang menyinggung tingkat dan ketidakpuasan akan produk yang dibelinya, serta mengambil tindakan lanjutan.

teknik-teknik pelatihan

1. On The Job Training
Karyawan dilatih tentang karyawan baru dengan supervisi langsung seorang “ pelatih “ yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai macam tehnik ini yang biasa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut :
a. Rotasi Jabatan
Memberikan kepada karyawan pengetahuan tentang bagian-bagian organisasi yang berbeda dan praktek berbagai macam keterampilan manajerial
b. Pelatihan Instruksi Pekerjaan
Petunjuk-petunjuk pekerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan dan digunakan terutama untuk melatih para karyawan tentang cara pelaksanaan pekerjaan mereka sekarang
c. Magang (Apprenticeships)
Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang lebih berpengalaman. Asistensi dan internship adalah bentuk lain program magang
d. Coaching
Penyelia atau atasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka. Hubungan penyelia dan karyawan sebagai bawahan serupa dengan hubungan tutor – mahasiswa

e. Penugasan Sementara
Penempatan karyawan pada posisi manajerial atau sebagai anggota panitia tertentu untuk jangka waktu yang diterapkan. Karyawan terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah organisasional nyata.

endorser sebagai penyampai pesan

Menurut Terence A. Shimp (2002:455) endorser adalah pendukung iklan atau juga yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang di iklankan. Endorser dibagi menjadi dua jenis:
 Typical Person Endorser
Adalah memanfaatkan beberapa orang bukan selebritis untuk menyampaikan pesan mengenai suatu produk.
 Celebrity Endorser
Adalah arang-orang terkenal yang dapat mempengaruhi karena prestasinya.
Kedua jenis endorser diatas memilih karakteristik dan atribut yang sama hanya dibedakan dalam penggunaan orang-orangnya sebagai pendukung apakah orang-orang yang digunakan sebagai endorser tokoh terkenal atau tidak. Dalam hal ini, pembahsannya hanya difokuskan pada penyampaian pesan menggunakan orang-orang terkenal (celebrity endorser) saja dan orang-orang biasa atau typical-person endorser dianggap konstan.
Menurut Terence A. Shimp (2002:455) definsi celebrity endorser adalah memanfaatkan seorang artis, entertainer, atlet, dan publik figur yang mana banyak diketahui oleh orang banyak untuk keberhasilan dibidangnya masing-masing dari bidang yang didukung. Sekarang ini kebanyakan perusahaan menggunakan selebriti dibanding orang biasa untuk mengiklankan produknya karena selebriti memilki atribut kesohorannya, kecantikan, keberanian, talenta, kekuatan, keanggunan, dan daya tarik seksualnya sehingga sering mewakili daya tarik yang diinginkan perusahaan iklan. Untuk membuat selebriti efektif sebagai pendukung produk tertentu dalam suatu iklan maka harus memiliki hubungan yang berarti (meaningful relationship) atau kecocokan (match-up) antara selebriti dengan produk yang di iklankan oleh selebriti tersebut.
Lebih lanjut Terence A. Shimp (2002:468) terjemahan Revyani Syahrial dan Dyah Anikasari memberikan penjelasan mengenai atribut (performance) endorser antara lain :
 Attractiveness (daya tarik)
Daya tarik tidak hanya berkaitan dengan menarik secara fisik saja, tetapi termasuk karakteristik yang luhur yang dipersiapkan oleh konsumen dalam diri endorser seperti : kemampuan intelektual, kepribadian, gaya hidup dan keahlian dalam bidang atletik. Konsep umum kemenarikan ini terdiri dari tiga gagasan yang berhubungan dengan kesamaan (similarity), keakraban (familiarity), dan perasaan suka (liking). Jadi seorang endorser dianggap atraktif bagi konsumen apabila dapat memberikan kesamaan dan keakraban (sense of similiarity and familiarity), dengan catatan konsumen tersebut benar-benar menyukai endorser tanpa memperhatikan apakah ia dan endorser memilki kemiripan. Daya tarik yang ditemukan oleh konsumen dalam diri endorser merupakan bagian dari proses identifikasi : ialah pada saat konsumen mempersepsikan endorser menarik, konsumen akan memihak pada endorser, tetapi daya tarik tersebut lebih efektif apabila image dari endorser cocok dengan sifat dari produk yang di iklankan.
 Credibility (kredibilitas)
Pengertian yang paling mendasar, kredibilits mengarah pada kecenderungan untuk meyakini dan untuk mempercayai seseorang. Pada saat sumber informasi, seperti sorang endorser dipersiapkan kredibilitasnya, maka sumber tersebut mengubah sikap melalui proses psikologis yang dinamakan internalisasi, dua hal penting dari kredibilitas endorser :
1. Keahlian (expertise)
keahlian mengarah pada pengetahuan, pengalaman, atau keahlian yang dimilki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan topik yang dikomunikasikan. Keahlian adalah sesuatu yang dipersiapkan bukan merupakan fenomena yang absolute, sehingga yang terpenting adalah bagaimana endorser dapat dipersiapkan oleh konsumen.
2. Layak dan dipercaya (trust worthiness)
Berhubungan dengan kejujuran, integritas, dan kepercayaan atas diri endorser. Layak atau tidaknya endorser untuk dipercaya tergantung pada persepsi konsumen atas motivasi sang endorser. Konsumen meyakini jika endorser dimotivasikan oleh pemenuhan kebutuhan yang sifatnya sef-seving, maka akan menjadi kurang persuasif dari pada endorser yang dipersepsikan oleh konsumen.
Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:297) credibility of source (keperyaan sumber) dapat dilihat dari dua bagian yaitu :
a. Kepercayaan sumber secara informal seperti : teman, tetangga, dan pengaruh yang kuat terhadap perilaku penerima untuk melakukan transaksi produk yang dianjurkan.
b. Kepercayaan sumber secara formal seperti : reputasinya, keahliannya, dan pengetahuannya.
Kredibilitas dan kepercayaan merupakan sifat yang harus dmiliki seseorang komunikator, karena apa yang disampaikannya kepada konsumen baik secara lisan maupun tulisan dianggap benar dan memang apa adanya.
Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:340), dari semua karakteristik positif yang dimilki oleh seorang selebriti yang terpenting dalam program kampanye program periklanan adalah ketenaran, talenta, karisma. Kredibilitas juga merupakan hal yang sangat penting, yang dimaksudkan kredibilitas disini sejauh mana selebriti mengetahui produk atau jasa yang di iklankannya dan kelayakan untuk dipercaya, seberapa jujur yang dikatakan oleh selebritis tersebut mengenai produk yang di iklankan.


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Supported by Gold Mining News. Powered by Blogger