Senin, 25 Agustus 2008

faktor yang mempengaruhi prestasi kerja

Seseorang bekerja karena di dalam dirinya terdapat suatu kemampuan untuk bekerja (ability to work) dan adanya dorongan untuk bekerja (willingness to work). Masalah kemampuan bersumber dari diri sendiri, sedangkan masalah dorongan untuk bekerja dapat timbul dari hasil interaksi antara seseorang dengan lingkungan, terutama lingkungan kerja.
Pada dasarnya seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Menurut A. H. Maslow, manusia mempunyai lima kategori kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological needs)
Ini merupakan kebutuhan pokok yang kita miliki, misalnya kebutuhan akan makanan dan minuman serta tempat tinggal
2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety and Security needs)
Apabila kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan timbul kebutuhan rasa aman, yaitu perlindungan dari marabahaya
3. Kebutuhan Sosial (Belonging and Social needs)
Merupakan kebutuhan akan berhubungan persahabatan, memberi dan menerima kasih sayang
4. Kebutuhan Ego (Esteem and Status needs)
Orang-orang memiliki kebutuhan yang konstan untuk lebih berhasil memperoleh pengetahuan lebih banyak dan pengalaman lebih besar. Tetapi seperti halnya yang lain kebutuhan ego hanya memotivasi perilaku apabila kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi
5. Kebutuhan Perwujudan Diri (Self actualization and Fulfillment needs)
Kebutuhan ini merupakan tingkat yang tertinggi, jika kebutuhan seseorang terpenuhi maka akan timbul suatu motif dari diri orang yang bersangkutan untuk bekerja dan berprestasi seperti yang diharapkan.
Adapun menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001 : 67), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah :
1. Faktor Kemampuan
Kemampuan karyawan dengan ditunjang pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan perusahaan. Motivasi yang dimiliki oleh seorang karyawan harus timbul dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerjanya.
Selain dengan mengetahui tentang kebutuhan karyawan, maka hal lain yang dapat membuat seseorang bekerja dan berprestasi sesuai dengan yang diharapkan adalah adanya dorongan seseorang untuk bekerja dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaannya.

2.4.3 Ukuran dan Standar Prestasi Kerja
Ditinjau dari faktor-faktor yang berperan terhadap prestasi kerja, menurut Edwin B. Flippo (1990 : 250) sebagai berikut :
1. Mutu Kerja
Mutu kerja dapat diukur berdasarkan ketepatan waktu seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya, tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mernyelesaikan pekerjaan, tingkat ketelitian seseorang dalam menghasilkan hasil kerja yang akurat dan tingkat kerapihan seseorang dalam menghasilkan hasil kerja yang baik, meliputi ketepatan, keterampilan, ketelitian dan kerapihan
2. Kuantitas Kerja
Kuantitas kerja dapat diukur melalui tingkat kuantitas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh seorang karyawan, dan kecepatan seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya, meliputi keluaran tugas-tugas reguler dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas-tugas ekstra atau mendesak
3. Ketangguhan
Ketangguhan dapat diukur melalui tingkat kemampuan karyawan dalam melaksanakan setiap pekerjaan yang diperintahkan atasannya, tingkat kebiasaan karyawan dalam menjaga keselamatan dirinya dalam bekerja dan tingkat inisiatif karyawan dalam menghasilkan ide-ide baru yang bermanfaat bagi pekerjaannya serta tingkat kehadiran karyawan dalam bekerja, meliputi mengikuti perintah, tingkat keselamatan yang baik, inisiatif, ketepatan waktu kehadiran
4. Sikap
Sikap karyawan dapat diukur melalui pandangannya terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya, dan tingkat kemampuan karyawan dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan rekan sekerja dalam tim kerja juga menjalin kerjasama yang baik, meliputi pandangan dan perilaku terhadap perubahan pekerjaan dan teman sekerja termasuk kerjasama.

faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai

Apabila karyawan diperlakukan dengan adil, gaji mereka memadai dan kondisi kerja mereka baik, maka mereka condong akan mempunyai semangat, prestasi kerja dan moril yang tinggi.
Menurut Vernon A. Musselman dan John H. Jackson yang diterjemahkan oleh Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan (1991:214), indikasi adanya motivasi adalah sebagai berikut:
a. Tingkat pindah keperusahaan dari pegawai yang rendah
b. Sedikit keluhan atau ancaman mogok
c. Tingkat kepatuhan yang tinggi pada peraturan dan kebijaksanaan
d. Penghargaan pada kondisi dan familitas
e. Tingkat produksi yang tinggi dengan sedikit kemacetan kerja
f. Bukti-bukti kerjasama dari karyawan (Syarikat buruh).
Sikap atau hasil pelaksanaan yang berlawanan dengan motivasi kerja perusahaan akan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan dan menunjukkan moril atau motivasi kerja karyawan yang rendah. Sedangkan menurut Alex S. Nitisemito (1992:167), faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya motivasi kerja diantaranya adalah:
a. Upah yang terlalu rendah
b. Insentif yang kurang terarah
c. Lingkungan kerja yang buruk.
Menurut Heidjrachman Ranupandojo dan Irawan Sukamto Reksohadiprojo (1992:110), ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja, yaitu:
a. kepuasan dalam bekerja merupakan syarat lebih maju;
b. pimpinan yang menghargai karyawan sebagai manusia dan menganggap bahwa pekerjaan itu penting;
c. adanya pimpinan yang menjalankan tugasnya dengan baik;
d. upah dalam bentuk komponen yang sama bagi setiap orang yang menjalankan tugas yang sama;
e. perhatian masyarakat untuk kemakmuran dan kemajuan karyawan;
f. adanya hubungan baik dengan kolega-kolega lain.
Adapun faktor-faktor yang mendukung motivasi kerja adalah:
1. Pelayanan kesejahteraan
2. Pemberian balas jasa
3. Suasana lingkungan
4. Promosi.

Tipe Perilaku Pembelian

Tipe-tipe perilaku pembelian menurut Philip Kotler yang dialih bahasakan oleh Hendra Teguh, Ronny A. Rusli dan Benjamin Molan (2002: 202) adalah sebagai berikut:
1. Perilaku pembelian yang rumit
Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit saat menyadari adanya perbedaan yang signifikan diantara berbagai merek produk. Hal ini biasanya menjadi kasus apabila konsumen tidak banyak tahu tentang kategori produk yang ingin dibeli dan harus belajar banyak mengenai hal tersebut. Biasanya produk yang akan dibeli mahal dan berisiko tinggi serta sangat mengekspresikan pribadi.
2. Perilaku pembelian pengurang disonasi
Konsumen mungkin mengalami disonasi atau ketidakcocokan sebelum membeli suatu produk, karena terdapat beberapa hal dari produk tersebut yang tidak menyenangkan atau mendengar sesuatu yang menarik tentang produk lainnya yang sejenis. Dalam hal ini, konsumen mulai belajar mengenai hal-hal lain dan berupaya untuk membenarkan keputusan guna mengurangi ketidakcocokan. Hal pertama yang akan dilakukan oleh konsumen adalah melalui suatu keadaan perilaku, kemudian memiliki beberapa kepercayaan baru dan beralih dengan penilaian terhadap pilihan yang dirasa tepat.
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan
Banyak produk yang dibeli dalam keadaan konsumen kurang terlibat dan tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara sekian banyak merek. Kebanyakannya barang-barang yang dibeli adalah produk-produk yang murah tidak terlalu berisiko.
4. Perilaku pembelian yang mencari variasi
Pada tipe ini beberapa situasi keterlibatan konsumen rendah, tetapi ditandai oleh perbedaan merek yang nyata. Dalam pernyataan demikian sering terlihat konsumen banya melakukan pergantian merek semata-mata karena telah jenuh dan ingin memperoleh keragaman, bukan karena rasa tidak puas.

tahap proses pembelian konsumen

Menurut Philip Kotler yang dialihbahasakan oleh Hendra Teguh, Ronny A. Rusli dan Benjamin Molan (2002:204) mengemukakan tahap-tahap dalam proses pembelian konsumen adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah (Need Recognition)
Proses pembelian yang dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat digerakan oleh rangsangan baik dari dalam maupun dari luar diri pembeli, dimana pembeli tersebut merasakan adanya perbedaan antara keadaannya yang nyata dengan keadaan yang diinginkan.
2. Pencarian Informasi (Information Search)
Seorang konsumen yang mulai tergerak oleh rangsangan mungkin akan berusaha mencari lebih banyak informasi. Ada kemingkinan seseorang akan aktif mencari informasi yang dibutuhkan tetapi ada juga yang tidak.
3. Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative)
Setelah mengumpulkan informasi tentang berbagai merek produk yang dibutuhkannya, konsumen menentukan pilihannya dari berbagai alternative yang tersedia berdasarkan pertimbangan produk yang sadar dan rasional. Proses evaluasi konsumen bersifat kognitif yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
Tahap evaluasi alternative menyebabkan konsumen membuat preferenai merek diantara berbagai pilihan yang tersedia. Selanjutnya konsumen membuat keputusan untuk membeli merek yang telah dipilih melalui berbagai petimbangan.
5. Perilaku Pasca Pembelian (Post Purchase Behavior)
Setelah membeli produk kosumen membentuk suatu perilaku yang menyinggung tingkat dan ketidakpuasan akan produk yang dibelinya, serta mengambil tindakan lanjutan.

teknik-teknik pelatihan

1. On The Job Training
Karyawan dilatih tentang karyawan baru dengan supervisi langsung seorang “ pelatih “ yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai macam tehnik ini yang biasa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut :
a. Rotasi Jabatan
Memberikan kepada karyawan pengetahuan tentang bagian-bagian organisasi yang berbeda dan praktek berbagai macam keterampilan manajerial
b. Pelatihan Instruksi Pekerjaan
Petunjuk-petunjuk pekerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan dan digunakan terutama untuk melatih para karyawan tentang cara pelaksanaan pekerjaan mereka sekarang
c. Magang (Apprenticeships)
Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang lebih berpengalaman. Asistensi dan internship adalah bentuk lain program magang
d. Coaching
Penyelia atau atasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka. Hubungan penyelia dan karyawan sebagai bawahan serupa dengan hubungan tutor – mahasiswa

e. Penugasan Sementara
Penempatan karyawan pada posisi manajerial atau sebagai anggota panitia tertentu untuk jangka waktu yang diterapkan. Karyawan terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah organisasional nyata.

endorser sebagai penyampai pesan

Menurut Terence A. Shimp (2002:455) endorser adalah pendukung iklan atau juga yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang di iklankan. Endorser dibagi menjadi dua jenis:
 Typical Person Endorser
Adalah memanfaatkan beberapa orang bukan selebritis untuk menyampaikan pesan mengenai suatu produk.
 Celebrity Endorser
Adalah arang-orang terkenal yang dapat mempengaruhi karena prestasinya.
Kedua jenis endorser diatas memilih karakteristik dan atribut yang sama hanya dibedakan dalam penggunaan orang-orangnya sebagai pendukung apakah orang-orang yang digunakan sebagai endorser tokoh terkenal atau tidak. Dalam hal ini, pembahsannya hanya difokuskan pada penyampaian pesan menggunakan orang-orang terkenal (celebrity endorser) saja dan orang-orang biasa atau typical-person endorser dianggap konstan.
Menurut Terence A. Shimp (2002:455) definsi celebrity endorser adalah memanfaatkan seorang artis, entertainer, atlet, dan publik figur yang mana banyak diketahui oleh orang banyak untuk keberhasilan dibidangnya masing-masing dari bidang yang didukung. Sekarang ini kebanyakan perusahaan menggunakan selebriti dibanding orang biasa untuk mengiklankan produknya karena selebriti memilki atribut kesohorannya, kecantikan, keberanian, talenta, kekuatan, keanggunan, dan daya tarik seksualnya sehingga sering mewakili daya tarik yang diinginkan perusahaan iklan. Untuk membuat selebriti efektif sebagai pendukung produk tertentu dalam suatu iklan maka harus memiliki hubungan yang berarti (meaningful relationship) atau kecocokan (match-up) antara selebriti dengan produk yang di iklankan oleh selebriti tersebut.
Lebih lanjut Terence A. Shimp (2002:468) terjemahan Revyani Syahrial dan Dyah Anikasari memberikan penjelasan mengenai atribut (performance) endorser antara lain :
 Attractiveness (daya tarik)
Daya tarik tidak hanya berkaitan dengan menarik secara fisik saja, tetapi termasuk karakteristik yang luhur yang dipersiapkan oleh konsumen dalam diri endorser seperti : kemampuan intelektual, kepribadian, gaya hidup dan keahlian dalam bidang atletik. Konsep umum kemenarikan ini terdiri dari tiga gagasan yang berhubungan dengan kesamaan (similarity), keakraban (familiarity), dan perasaan suka (liking). Jadi seorang endorser dianggap atraktif bagi konsumen apabila dapat memberikan kesamaan dan keakraban (sense of similiarity and familiarity), dengan catatan konsumen tersebut benar-benar menyukai endorser tanpa memperhatikan apakah ia dan endorser memilki kemiripan. Daya tarik yang ditemukan oleh konsumen dalam diri endorser merupakan bagian dari proses identifikasi : ialah pada saat konsumen mempersepsikan endorser menarik, konsumen akan memihak pada endorser, tetapi daya tarik tersebut lebih efektif apabila image dari endorser cocok dengan sifat dari produk yang di iklankan.
 Credibility (kredibilitas)
Pengertian yang paling mendasar, kredibilits mengarah pada kecenderungan untuk meyakini dan untuk mempercayai seseorang. Pada saat sumber informasi, seperti sorang endorser dipersiapkan kredibilitasnya, maka sumber tersebut mengubah sikap melalui proses psikologis yang dinamakan internalisasi, dua hal penting dari kredibilitas endorser :
1. Keahlian (expertise)
keahlian mengarah pada pengetahuan, pengalaman, atau keahlian yang dimilki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan topik yang dikomunikasikan. Keahlian adalah sesuatu yang dipersiapkan bukan merupakan fenomena yang absolute, sehingga yang terpenting adalah bagaimana endorser dapat dipersiapkan oleh konsumen.
2. Layak dan dipercaya (trust worthiness)
Berhubungan dengan kejujuran, integritas, dan kepercayaan atas diri endorser. Layak atau tidaknya endorser untuk dipercaya tergantung pada persepsi konsumen atas motivasi sang endorser. Konsumen meyakini jika endorser dimotivasikan oleh pemenuhan kebutuhan yang sifatnya sef-seving, maka akan menjadi kurang persuasif dari pada endorser yang dipersepsikan oleh konsumen.
Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:297) credibility of source (keperyaan sumber) dapat dilihat dari dua bagian yaitu :
a. Kepercayaan sumber secara informal seperti : teman, tetangga, dan pengaruh yang kuat terhadap perilaku penerima untuk melakukan transaksi produk yang dianjurkan.
b. Kepercayaan sumber secara formal seperti : reputasinya, keahliannya, dan pengetahuannya.
Kredibilitas dan kepercayaan merupakan sifat yang harus dmiliki seseorang komunikator, karena apa yang disampaikannya kepada konsumen baik secara lisan maupun tulisan dianggap benar dan memang apa adanya.
Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:340), dari semua karakteristik positif yang dimilki oleh seorang selebriti yang terpenting dalam program kampanye program periklanan adalah ketenaran, talenta, karisma. Kredibilitas juga merupakan hal yang sangat penting, yang dimaksudkan kredibilitas disini sejauh mana selebriti mengetahui produk atau jasa yang di iklankannya dan kelayakan untuk dipercaya, seberapa jujur yang dikatakan oleh selebritis tersebut mengenai produk yang di iklankan.

endorser sebagai penyampai pesan

Menurut Terence A. Shimp (2002:455) endorser adalah pendukung iklan atau juga yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang di iklankan. Endorser dibagi menjadi dua jenis:
 Typical Person Endorser
Adalah memanfaatkan beberapa orang bukan selebritis untuk menyampaikan pesan mengenai suatu produk.
 Celebrity Endorser
Adalah arang-orang terkenal yang dapat mempengaruhi karena prestasinya.
Kedua jenis endorser diatas memilih karakteristik dan atribut yang sama hanya dibedakan dalam penggunaan orang-orangnya sebagai pendukung apakah orang-orang yang digunakan sebagai endorser tokoh terkenal atau tidak. Dalam hal ini, pembahsannya hanya difokuskan pada penyampaian pesan menggunakan orang-orang terkenal (celebrity endorser) saja dan orang-orang biasa atau typical-person endorser dianggap konstan.
Menurut Terence A. Shimp (2002:455) definsi celebrity endorser adalah memanfaatkan seorang artis, entertainer, atlet, dan publik figur yang mana banyak diketahui oleh orang banyak untuk keberhasilan dibidangnya masing-masing dari bidang yang didukung. Sekarang ini kebanyakan perusahaan menggunakan selebriti dibanding orang biasa untuk mengiklankan produknya karena selebriti memilki atribut kesohorannya, kecantikan, keberanian, talenta, kekuatan, keanggunan, dan daya tarik seksualnya sehingga sering mewakili daya tarik yang diinginkan perusahaan iklan. Untuk membuat selebriti efektif sebagai pendukung produk tertentu dalam suatu iklan maka harus memiliki hubungan yang berarti (meaningful relationship) atau kecocokan (match-up) antara selebriti dengan produk yang di iklankan oleh selebriti tersebut.
Lebih lanjut Terence A. Shimp (2002:468) terjemahan Revyani Syahrial dan Dyah Anikasari memberikan penjelasan mengenai atribut (performance) endorser antara lain :
 Attractiveness (daya tarik)
Daya tarik tidak hanya berkaitan dengan menarik secara fisik saja, tetapi termasuk karakteristik yang luhur yang dipersiapkan oleh konsumen dalam diri endorser seperti : kemampuan intelektual, kepribadian, gaya hidup dan keahlian dalam bidang atletik. Konsep umum kemenarikan ini terdiri dari tiga gagasan yang berhubungan dengan kesamaan (similarity), keakraban (familiarity), dan perasaan suka (liking). Jadi seorang endorser dianggap atraktif bagi konsumen apabila dapat memberikan kesamaan dan keakraban (sense of similiarity and familiarity), dengan catatan konsumen tersebut benar-benar menyukai endorser tanpa memperhatikan apakah ia dan endorser memilki kemiripan. Daya tarik yang ditemukan oleh konsumen dalam diri endorser merupakan bagian dari proses identifikasi : ialah pada saat konsumen mempersepsikan endorser menarik, konsumen akan memihak pada endorser, tetapi daya tarik tersebut lebih efektif apabila image dari endorser cocok dengan sifat dari produk yang di iklankan.
 Credibility (kredibilitas)
Pengertian yang paling mendasar, kredibilits mengarah pada kecenderungan untuk meyakini dan untuk mempercayai seseorang. Pada saat sumber informasi, seperti sorang endorser dipersiapkan kredibilitasnya, maka sumber tersebut mengubah sikap melalui proses psikologis yang dinamakan internalisasi, dua hal penting dari kredibilitas endorser :
1. Keahlian (expertise)
keahlian mengarah pada pengetahuan, pengalaman, atau keahlian yang dimilki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan topik yang dikomunikasikan. Keahlian adalah sesuatu yang dipersiapkan bukan merupakan fenomena yang absolute, sehingga yang terpenting adalah bagaimana endorser dapat dipersiapkan oleh konsumen.
2. Layak dan dipercaya (trust worthiness)
Berhubungan dengan kejujuran, integritas, dan kepercayaan atas diri endorser. Layak atau tidaknya endorser untuk dipercaya tergantung pada persepsi konsumen atas motivasi sang endorser. Konsumen meyakini jika endorser dimotivasikan oleh pemenuhan kebutuhan yang sifatnya sef-seving, maka akan menjadi kurang persuasif dari pada endorser yang dipersepsikan oleh konsumen.
Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:297) credibility of source (keperyaan sumber) dapat dilihat dari dua bagian yaitu :
a. Kepercayaan sumber secara informal seperti : teman, tetangga, dan pengaruh yang kuat terhadap perilaku penerima untuk melakukan transaksi produk yang dianjurkan.
b. Kepercayaan sumber secara formal seperti : reputasinya, keahliannya, dan pengetahuannya.
Kredibilitas dan kepercayaan merupakan sifat yang harus dmiliki seseorang komunikator, karena apa yang disampaikannya kepada konsumen baik secara lisan maupun tulisan dianggap benar dan memang apa adanya.
Menurut Sciffman dan Kanuk (2004:340), dari semua karakteristik positif yang dimilki oleh seorang selebriti yang terpenting dalam program kampanye program periklanan adalah ketenaran, talenta, karisma. Kredibilitas juga merupakan hal yang sangat penting, yang dimaksudkan kredibilitas disini sejauh mana selebriti mengetahui produk atau jasa yang di iklankannya dan kelayakan untuk dipercaya, seberapa jujur yang dikatakan oleh selebritis tersebut mengenai produk yang di iklankan.

periklanan

Periklanan merupakan suatu alat yang sangat efektif dalam memsarkan suatu produk. Menurut Philip Kotler yang dialih bahasakan oleh Hendra teguh, Ronny A Rusli dan Benjamin Molan (2002:658), periklanan didefinisikan sebagai berikut :
“Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non-personal oleh suatu sponsor yang memerlukan pembayaran.”

Sedangkan pengertian periklanan menurut William G. Nickles yang dikutip oleh Basu Swastha (2002:245) adalah sebagai berikut :
“Periklanan adalah komunikasi non-individu, dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu.”

Jadi periklanan dilakukan dengan mengeluarkan sejumlah biaya, yang berbeda dengan publisitas ialah disiarkan tanpa mengeluarkan biaya. Periklanan juga merupakan alat yang digunakan oleh pembeli dan penjual, serta setiap orang termasuk lembaga non-laba. Atau dengan kata lain, periklanan dapat dipandang sebagai kegiatan penawaran kepada suatu kelompok masyarakat baik secara lisan ataupun dengan penglihatan (berupa berita) tentang suatu produk, jasa atau ide.

2.4.2 Fungsi dan Tujuan Periklanan
Fungsi dan tujuan utama dari periklanan menurut Terence A. Shimp yang dialih bahasakan oleh Revyani Sjahrial, dan Dyah Anikasari (2002:357) yaitu :
1. Informing (menginformasikan), melalui iklan konsumen memperoleh informasi mengenai keberadaan produk atau jasa, memberikan informasi mengenai manfaat dari produk atau jasa tersebut dan memberikan informasi mengenai merek-merek tertentu.
2. Persuading (membujuk), iklan yang efektif akan mampu membujuk konsumen untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan, terkadang persuasi dapat berbentuk mempengaruhi permintaan primer yaitu menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Selain itu iklan berupaya membangun permintaan sekunder yaitu permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.
3. Reminding (mengingatkan), iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk yang diiklankan, maka pengaruh dari iklan-iklan yang telah mereka saksikan sebelumnya memungkinkan para pengiklan merek-merek tersebut untuk hadir dibenak konsumen sebagai kandidat merek yang akan dibeli.
4. Adding value (menambah nilai), ada tiga cara dasar agar perusahaan bisa memberikan nilai tambah bagi produk mereka, yaitu melakukan inovasi, meningkatkan kualitas ataupun mengubah persepsi konsumen. Iklan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan lebih unggul dibandingkan dengan pesaing.
5. Assisting other company effort (Bantuan untuk usaha perusahaan yang lain dalam proses pemasaran), iklan hanyalah salah satu anggota alat dari bauran pemasaran. Peran utama dari iklan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi usaha-usaha lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. Iklan mungkin digunakan sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi penjualan perusahaan seperti publikasi program kupon sehingga iklan dapat menarik perhatian konsumen terhadap program tersebut.

Pengertian Pelatihan Kerja

Hal penting dalam sebuah perusahaan adalah mensosialisasi para karyawannya ke dalam budaya perusahaan agar mereka dapat menjadi karyawan yang produktif dan efektif, segera setelah memasuki dan menjadi anggota sistem sosial pada perusahaan.
Para karyawan baru biasanya telah mempunyai kecakapan dan keterampilan dasar yang dibutuhkan. Tidak jarang pula para karyawan baru yang diterima tidak mempunyai kemampuan secara penuh untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaan mereka. Bahkan para karyawan yang sudah berpengalaman pun perlu belajar dan menyesuaikan dengan organisasi orang-orangnya, kebijaksanaan-kebijaksanaannya dan prosedur-prosedurnya.
Jika sebuah perusahaan ingin memiliki daya saing tinggi di masa depan, maka salah satu upaya strategis yang perlu dilakukan adalah menciptakan sebuah proses belajar berkelanjutan di seluruh lapisan karyawan melalui pelatihan dan pengembangan.
Ada dua tujuan utama pelatihan dan pengembangan karyawan yaitu Pertama, pelatihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup kesenjangan antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan.
Pengertian pelatihan dan pengembangan adalah berbeda. Menurut T. Hani Handoko (2000 : 104) mengemukakan bahwa :
“Pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan tehnik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Pelatihan menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Di lain pihak, bila manajemen ingin menyiapkan para karyawan untuk memegang tanggung jawab pekerjaan di waktu yang akan datang, kegiatan ini disebut pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan (development) mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.“
Menurut Tb. Sjafri Mangkuprawira (2004 : 135) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik“ mengemukakan bahwa :
“ Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan keterampilan bekerja yang dapat digunakan dengan segera. Sedangkan pengembangan berupa upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin digunakan segera atau sering untuk kepentingan di masa depan.“
Istilah pelatihan dan pengembangan merujuk pada struktur total dari program di dalam dan luar pekerjaan karyawan yang dimanfaatkan perusahaan dalammengembangkan keterampilan dan pengetahuan, utamanya untuk kinerja pekerjaan.
Menurut Michael R. Carrel yang dialihbahasakan oleh Tb. Sjafri Mangkuprawira (2004 : 136) mengemukakan bahwa : “ ada 7 (tujuh) maksud utama program pelatihan dan pengembangan, yaitu memperbaik kinerja, meningkatkan keterampilan karyawan, menghindari keusangan manajerial, memecahkan permasalahan, orientasi karyawan baru, persiapan promosi dan keberhasilan manajerial, dan memberi kepuasan untuk kebutuhan pengembangan personal.“

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka dapat kita ketahui bahwa pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan tehnik belajar dan keahlian untuk tujuan tertentu dan merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Proses Komunikasi

Komunikasi secara efektif merupakan bagian penting dari strategi pemsaran dalam menyampaikan pesan suatu produk, pemasar perlu memahami unsur-unsur fundamental yang mendasari komunikasi yang efektif. Unsur-unsur yang mendukung proses komunikasi menurut Djaslim Saladin (2002:123) adalah sebagai berikut :

  1. Pengirim (sender), merupakan kelompok yang mengirim pesan ke kelompok lainnya, dan disebut juga sumber atau komunikator.
  2. Pengkodean (encoding), merupkan suatu proses penyebaran dalam bentuk simbol.
  3. Pesan (massage), merupakan serangkaian simbol-simbol yang disampaikan pengirim.
  4. Media (media), merupakan suatu saluran dimana pesan dikirim atau mengalir dari pengirim ke penerima.
  5. Penguraian kode (decoding), merupakan suatu proses dimana penerima mengartikan atau menterjemahkan simbol-simbol yang disampaikan ke pengirim.
  6. Penerima (receiver), merupakan suatu kelompok yang menerima pesan yang dikirimkan oleh kelompok lain.
  7. Tanggapan (response), merupakan serangkaian dari reaksi-reaksi dimana si penerima telah mengekspos ke dalam pesan-pesan.
  8. Umpan balik (feedback), merupakan sebagian dari respon si penerima yang dikomunikasikan kembali kepada si pengirim.
  9. Gangguan (noise), merupakan ganguan tidak terduga selama proses komunikasi, sehingga mengakibatkan pesan yang diterima berbeda dengan yang dikirim.

Gambar berikut menunjukkan suatu model komunikasi dengan sembilan unsur.


 

Elemen-elemen dalam Proses komunikasi

Sumber : Philip Kotler yang dialih bahasakan oleh Hendra Teguh,

Ronny A. Rusli dan Benjamin Molan (2002:627)

    Model itu menekankan faktor-faktor penting dalam komunikasi yang efektif. Pengirim harus mengetahui siapa yang ingin dicapai dan tanggapan apa yang diinginkan. Mereka harus mengkodekan pesan mereka dalam suatu cara dengan mempertimbangkan bagaimana pendengar sasaran biasanya menguraikan kode pesan. Mereka juga harus mengirim pesan itu melalui media yang efisien guna mencapai pendengar sasaran dan membangun saluran umpan balik untuk memantau tanggapan penerima atas pesan itu.

PROMOSI DAN BAURAN PROMOSI

Menurut Basu Swasta (2002:237), pengertian promosi adalah sebagai berikut :

"Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran".

Sedangkan pengertian promosi yang dikemukakan Djaslim Saladin (2002:123) adalah sebagai berikut :

"Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut."

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan :

Promosi sebagai alat bantu untuk mengidentifikasikan produk agar produk tersebut bisa dikenak oleh konsumen. Sebagai alat untuk menghimbau pembeli. Sebagai alat untuk meneruskan informasi dalam proses pengambilan keputusan pembelian.    


 

Bauran Promosi

Menurut J. Stanton yang dikutip oleh Basu Swastha (2002 : 238), bauran promosi didefinisikan sebagai berikut :

"Bauran promosi adalah kombinasi starategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain, yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan".

Sedangkan pengertian bauran pemasaran menurut Philip Kotler (2002:642) tejemahan Hendra Teguh adalah sebagai berikut :

"Bauran promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran".

Iklan merupakan salah satu dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi merupakan salah satu dari bauran pemasaran (marketing mix). Saat ini perusahaan menggunakan lebih dari satu bentuk promosi sebagai bagian dari strategi yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun yang termasuk kedalam kegiatan bauran promosi antara lain :

Periklanan (advertising)

    Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non-personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.

Promosi penjualan (sales promotion)

    Promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan, dan publisitas, yang mendorong efektivitas pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat-alat seperti peragaan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya.

Hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity)

    Hubungan masyarakat merupakan alat promosi yang penting dan ditujukan untuk membangun opini masyarakat dalam rangka memelihara, meningkatkan dan melindungi citra perusahaan dan produknya.

Penjualan personal (personal selling)

    Penjualan personal merupakan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan menciptakan penjualan.

Pemasaran langsung (direct marketing)

Pemasaran langsung adalah suatu sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media periklanan untuk "respon yang terukur" dan atau lebih transaksi di lokasi manapun.

Menurut Philip Kotler (2002:626) terjemahan Benyamin Molan dalam bukunya manajemen pemasaran, dalam mengembangkan program periklanan perusahaan harus memutuskan 5 M, yaitu :

Apakah tujuan periklanan (mission)

Tujuan periklanan ini adalah tugas komunikasi spesifik untuk dilaksanakan dengan audiens sasaran spesifik dalam periode waktu spesifik. Tujuan ini dapat diklarifikasikan berdasarkan tujuan primer apakah untuk memberikan informasi, atau mengingatkan.

Memutuskan anggaran periklanan (money)

Ada lima faktor spesifik yang perlu dipertimbangkan saat menetapkan anggaran periklanan antara lain :

Tahap dalam siklus hidup produk

Pangsa pasar dan basis konsumen

Frekuensi periklanan

Kemungkinan substitusi produk

Apakah pesan yang akan disampaikan (message)

Pesan yang akan disampaikan melalui iklan bisa dikatakan sukses apabila mendapat perhatian dan mampu berkomunikasi pada konsumen dengan baik. Salah satu dimensinya yaitu sumber pesan sudah mencakup aspek yang diteliti dimana didalamnya terdapat pendukung iklan (celebrity endorser).

Media yang akan digunakan (media)

Langkah-langkah penting dalam memilih media :

Memutuskan jangkauan, frekuensi, dan dampak

Memilih diantara tife media utama

Memilih wahana media spesifik

Menetapkan waktu penayangan

Mengevaluasi (measurement)

Pengevaluasian harus memperhatikan keefektivitasan yang sesuai dengan tujuan iklan yaitu information, persuading, dan reminding dimana berkaitan erat dengan minat beli karena itu penelitian ini berfokus pada aspek promosi yaitu celebrity endorser.


 


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Supported by Gold Mining News. Powered by Blogger